This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Rabu, 18 Juli 2018
IMPLEMENTASI STRATEGI PERUSAHAAN
Proses manajemen strategik belum
dapat dikatakan selesai ketika
perusahaan memutuskan strategi apa yang akan ditempuh. Perusahaan masih
harus menterjemahkan rumusan strategi tersebut
ke dalam tindakan strategik. Kita harus selalu ingat bahwa sebaik apapun rumusan strategi, hanya
akan menjadi retorika belaka
jika tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Oleh karena itu, agar
perusahaan dapat mencapai tujuan secara optimal, maka selain harus mampu
merumuskan strategi, perusahaan juga harus mampu mengimplementasikan strategi
tersebut secara efektif. Jika salah satu “langkah” tersebut tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, maka tidak mustahil perusahaan akan memetik
kegagalan. Bahkan, rumusan strategi yang sempurna sekalipun hanya akan
memberikan kontribusi yang minim bagi pencapaian tujuan perusahaan jika tidak
mampu diimplementasikan dengan baik.
Banyak perusahaan atau organisasi
yang banyak menghamburkan sumberdayanya (uang, waktu, tenaga) untuk
mengembangkan rencana strategik yang “ampuh”. Namun kita harus ingat bahwa
perubahan hanya akan terjadi melalui suatu action
(implementasi), bukan sekedar perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis
kurang sempurna jika diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan
rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas kertas”. Hal ini
didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri manufaktur di mana
hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan tidak sekedar
ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih disebabkan karena
efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi tersebut.
II. Proses Implementasi Strategi Menurut Hunger
Menurut Hunger (1996), untuk memulai proses
implementasi, pihak manajemen harus memperhatikan 3 (tiga) pertanyaan berikut.
- Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang telah diformulasikan?
- Apa yang harus dilakukan?
- Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam implementasi akan melaksanakan berbagai aspek yang diperlukan?
a. Siapa
yang Akan Melaksanakan Implementasi?
Dibandingkan
dengan pihak yang merumuskan strategi,
biasanya pihak yang melakukan
implementasi strategi jumlahnya lebih
banyak. Pada perusahaan multi industri yang besar, pelaksana strategi adalah
setiap orang dalam organisasi tersebut. Para direktur fungsional (pemasaran,
SDM, operasi, dan keuangan), para
direktur divisi atau SBU (strategic business unit) akan bekerja
sama dengan para karyawannya untuk mengimplementasi seluruh rumusan yang telah dibuat dalam skala besar.
Sedangkan para manajer pabrik, manajer
proyek dan kepala-kepala unit akan mengimplementasi rumusan strategi tersebut
secara rinci dan dalam skala yang lebih kecil. Oleh karena itu setiap manajer operasi harus mampu mengawasi
implementasi rencana strategis sampai pada tingkat lini pertama Untuk mendukung
hal itu maka karyawan harus dilibatkan dalam berbagai proses
implementasi, baik pada level korporat, unit bisnis maupun fungsional.
Tidak
sedikit orang yang mempunyai peran penting dalam implementasi strategi justru
kurang banyak dilibatkan dalam pengembangan strategi. Akibatnya, hal ini berpotensi memunculkan resistensi
bagi mereka. Resistensi ini akan semakin tampak jika perubahan misi, tujuan, strategi dan berbagai
kebijakan penting perusahaan tidak
dikomunikasikan secara jelas dan
transparan kepada seluruh manajer operasional. Jika ini terjadi, bisa
terjadi para manajer operasional tersebut akan berusaha mempengaruhi manajemen puncak untuk
meninggalkan perubahan baru yang direncanakan, dan kembali ke cara
lama. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan kejadian buruk tersebut,
maka perusahaan harus melibatkan manajer tingkat menengah dalam seluruh proses,
baik dalam perumusan strategi maupun implementasinya.
b. Apa yang
Harus Dilakukan?
Untuk mendukung implementasi strategi yang telah dirumuskan, para manajer divisi dan manajer wilayah fungsional harus saling bekerja sama dengan manajer lainnya dalam mengembangkan program, merancang anggaran dan prosedur yang diperlukan untuk mewujudkan apa yang telah dirumuskan. Hal ini berarti para manajer tersebut harus bekerjasama untuk mencapai sinergi diantara mereka agar mampu memperoleh dan mempertahankan keunggulan bersaing bagi perusahaan tersebut.
c. Bagaimana
sumberdaya manusia yang bertanggungjawab dalam implementasi akan melaksanakan berbagai aspek yang
diperlukan?
Pada
pembahasan sebelumnya kita telah membahas pentingnya pengembangan program,
penyusunan anggaran dan pembuatan prosedur di mana semuanya itu dimaksudkan
untuk mewujudkan apa yang telah
dirumuskan. Di luar itu semua, ada hal lain yang lebih krusial yang harus
dilakukan oleh pihak manajemen, diantaranya adalah bagaimana cara penataan
staf, bagaimana mengarahan dan mengendalikan mereka. Dalam hal ini, pembahasan
akan difokuskan pada masalah penataan dan pengarahan staf.
III.
Implementasi Strategi
A. Menganalisis Struktur
Organisasi
Perubahan
strategi perusahaan mungkin akan membutuhkan beberapa perubahan dalam
organisasi dan juga keahlian yang dibutuhkan pada posisi-posisi tertentu. Studi
yang dilakukan Chandler terhadap beberapa perusahaan besar Amerika Serikat
seperti DuPont, General Motors, Sears dan Standard Oil disimpulkan bahwa
berbagai perubahan yang terjadi dalam implementasi strategi akan mengarah pada perubahan struktur
organisasi. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa struktur organisasi yang
baik adalah struktur organisasi yang sesuai dengan strategi. Dengan kata lain
struktur organisasi mengikuti strategi. Oleh karena itu, penetapan stuktur
organisasi merupakan salah satu faktor
penting dalam implementasi
strategi agar semua aktivitas
perusahaan yang diakibatkan perubahan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi akan
membantu mempertajam aktivitas kunci perusahaan dan memperlihatkan pola
koordinasi yang diterapkan dalam menjalankan strategi. Dalam hal ini,
aspek strategi, stuktur dan lingkungan harus terpadu dalam satu kesatuan, atau jika tidak, maka kinerja perusahaan akan
lemah.
Berdasarkan
pemikiran di atas, maka para manajer strategis
harus memperhatikan bagaimana perusahaan mereka akan “distruktur” agar semua aktivitas perusahaan dapat
dilakukan dengan baik. Haruskah berbagai aktivitas yang ada dikelompokkan? Haruskah kewenangan untuk membuat keputusan
penting dipusatkan di kantor pusat atau
cukup didesentralisasikan pada
manajer-manajer di kantor cabang?
Haruskah perusahaan dikelola secara ketat dengan menerapkan berbagai peraturan
dan pengawasan, atau dikelola secara longgar dengan hanya sedikit peraturan dan pengawasan? Haruskah perusahaan
menggunakan struktur organisasi yang
tinggi dengan banyak jenjang
dengan alasan untuk memberikan
pengawasan yang lebih baik terhadap karyawan; atau cukup diorganisasi
dalam struktur yang lebih mendatar dengan sedikit tingkatan manajer dalam upaya memberikan lebih banyak kebebasan dalam memimpin? Sebagai contoh, perusahaan otomotif
Ford memiliki struktur organisasi
yang tinggi dengan 15 tingkatan manajer, sementara Toyota relatif datar
dengan hanya memiliki tujuh
tingkatan manajer. Apakah Toyota atau Ford yang memiliki struktur “yang lebih baik”?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan pertanyaan lainnya, manajer
strategis harus memahami lebih dahulu berbagai bentuk struktur
organisasi, diantaranya adalah:
a. Struktur Organisasi
Sederhana
Struktur
organisasi sederhana ini hanya memiliki
dua tingkatan, yaitu pemilik dan pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk
atau beberapa produk lain yang saling berhubungan, biasanya menggunakan struktur organisasi ini.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan struktur organisasi sederhana ini biasanya dikelola oleh
pemiliknya sendiri yang sekaligus menangani pekerjaan lain yang berhubungan
dengan sebuah produk. Artinya, dalam struktur sederhana ini, pemilik perusahaan
cenderung mengambil semua keputusan penting secara sendiri, dan terlibat
langsung dalam setiap tahap kegiatan perusahaan. Untuk lebih
mengetahui format struktur organisasi yang sederhana ini, perhatikan gambar
berikut.
Struktur organisasi sederhana
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan struktur organisasi
sederhana adalah :
o Pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan cepat
o Sistemnya (imbalan, pengawasan
dll) tidak rumit
o Tidak mahal
Sedangkan kelemahan dari struktur
sederhana adalah:
o
Cenderung berfokus pada pemilik perusahaan
o
Kesempatan untuk peningkatan karir relatif kecil
o
Dibutuhkan kemampuan yang lebih
untuk pemilik perusahaan
o
Tidak sesuai untuk organisasi
yang besar
b. Struktur
Organisasi Fungsional
Dalam
struktur organisasi fungsional, setiap manajer yang mempunyai spesialisasi fungsional menggantikan tempat
dan peranan si pemilik perusahaan.
Transisi menuju spesialisasi ini membutuhkan sebuah perubahan
substansial dalam gaya manajemen pimpinan perusahaan. Sebagai organisasi
yang menumbuhkan dan mengembangkan
sejumlah produk dan pasar yang berkaitan, struktur organisasi ini secara
teratur berubah untuk merefleksikan spesialisasi yang lebih besar. Untuk
mengetahui format struktur organisasi
fungsional, lihat gambar berikut.
Struktur organisasi fungsional ini
mempunyai beberapa kelebihan, antara
lain:
o
Efisiensi melalui spesialisasi
o
Komunikasi dan jaringan keputusannya relatif sederhana
o
Mempertahankan tingkat
pengendalian strategi pada level manajemen puncak
o
Dapat mendelegasi keputusan
operasional sehari-hari
o
Mempermudah pengukuran output
dan hasil dari setiap fungsi
Sedangkan
kekurangan dari struktur organisasi fungsional adalah:
o
Menyebabkan spesialisasi yang
sempit
o
Dapat mendorong timbulnya
persaingan dan konflik antar fungsi
o
Mengakibatkan sulitnya
koordinasi di antara bidang-bidang fungsional
o
Dapat menyebabkan tingginya
biaya koordinasi antar fungsi
o
Identifikasi karyawan dengan
kelompok spesialis dapat membuat perubahan menjadi sulit
o
Membatasi pengembangan
keterampilan manajer yang lebih luas
c. Struktur
Organisasi Divisional
Ketika
perusahaan berkembang, perusahaan mulai
memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di berbagai
industri dan mendesentralisasikan wewenangnya dalam pengambilan keputusan.
Ketika perusahaan mulai melakukan akuisisi dan mengembangkan berbagai produk
baru dalam industri dan pasar yang berbeda, biasanya mengubah strukturnya
menjadi struktur organisasi yang terdiri
dari beberapa divisi. Tiap-tiap divisi
dapat beroperasi sendiri-sendiri dibawah pengarahan seorang manajer divisi yang
bertanggungjawab langsung kepada CEO. Dalam struktur organisasi divisional,
manajer divisi dapat mengembangkan strategi untuk masing-masing divisinya dan
mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi lainnya
sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda dengan divisi lainnya.
Pada organisasi divisional, divisi-divisi tersebut dapat menjadi tempat yang
baik untuk “melatih” para manajer muda. Selain itu juga merupakan tempat yang
baik dalam mengembangkan “intuisi”
kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat inisiatif dalam suatu
perusahaan. Untuk mengetahui format struktur organisasi divisional, perhatikan gambar berikut.
Sebagaimana struktur organisasi yang
lain, struktur organisasi divisional ini juga
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan struktur organisasi divisional antara lain:
- Koordinasi antarfungsi menjadi lebih mudah dan cepat
- Mempunyai fleksibilitas pada struktur perusahaan
- Spesialisasi pada setiap divisi dapat dipertahankan
- Kesempatan karir lebih terbuka
- Menimbulkan kompetisi di dalam organisasi
- Beban rutin CEO berkurang sehingga mempunyai waktu untuk keputusan strategis
Sedangkan kekurangan struktur organisasi divisional antara lain:
- Mengkibatkan turunnya komunikasi antara spesialisasi funsional
- Sangat potensial untuk menimbulkan persaingan antar divisi
- Pendelegasian yang besar dapat menimbulkan masalah
d. Struktur Strategic Business Unit (SBU)
Ketika
struktur organisasi divisional menjadi sulit diterapkan karena CEO mempunyai
terlalu banyak divisi yang harus diurus,
maka salah satu solusinya adalah perusahaan mengubah struktur
organisasinya dalam bentuk strategic
business unit (SBU) atau strategic
groups. Struktur SBU ini mengelompokkan sejumlah divisi berdasarkan pada
beberapa aspek seperti lini produk atau pasar.
Untuk mengetahui format struktur SBU ini, perhatikan gambar berikut.
Adapun kelebihan struktur SBU antara lain:
- Tanggungjawab setiap SBU jelas
- Memperbaiki koordinasi
- Sistem pengawasan untuk organisasi yang terdiversifikasi menjadi lebih mudah
- Masing-masing SBU lebih memahami lingkungan khususnya
Sedangkan kekurangan stuktur SBU
antara lain:
- Struktur lebih tinggi
- Biaya lebih tinggi
- Berpotensi menimbulkan persaingan antar SBU dalam memperebutkan sumberdaya
e. Struktur Organisasi Matriks
Struktur
organisasi matriks digunakan untuk memudahkan pengembangan pelaksanaan beragam
program atau proyek. Setiap departemen dikepalai oleh vice precident yang
mempunyai tanggungjawab fungsional bagi
seluruh proyek. Sedangkan setiap manajer proyek mempunyai “project
responsibility” untuk penyelesaian dan implementasi strategi. Untuk mengetahui
format struktur organisasi matriks, perhatikan gambar berikut.
Sebagaimana struktur-struktur organisasi
lainnya, struktur organisasi matriks juga mempunyai berbagai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan struktur organisasi matriks antara lain adalah:
o Sesuai untuk beban kerja yang fluktuatif
o Tujuan proyek menjadi lebih jelas
o Memungkinkan untuk merespon pada beberapa
sektor lingkungan secara serentak
o Banyak jalur untuk melakukan komunikasi
o Pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas
Adapun kelemahan struktur organisasi
matriks antara lain:
o
Strukturnya sangat rumit
o
Biaya relatif tinggi
o
Memungkinkan timbulnya
dualisme kepemimpinan
o
Relatif sulit karena terdapat
kepentingan ganda sehingga memerlukan koordinasi kuat
B. Menganalisis Gaya Kepemimpinan
Implementasi strategi biasanya berkaitan erat dengan perubahan, oleh karena itu tidaklah
mengherankan masalah kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan perlu
dicermati secara teliti dalam implementasi strategi. Gaya kepemimpinanlah
yang akan berpengaruh terhadap cara-cara
berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan di dalam perusahaan di mana
semua itu nantinya akan bermuara pada
terbentuknya budaya perusahaan.
Terdapat berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Namun secara umum
teori-teori tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar,
yaitu:
- Gaya kepemimpinan yang berkesan administrator. Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.
- Gaya kepemimpinan analitis (Analytical). Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
- Gaya kemimpinan asertif (Assertive). Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.
- Gaya kepemimpinan entepreneur. Gaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian kepada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan pada kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar yang tinggi.
Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus
siap dan dituntut mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada gaya kepemimpinan apa yang mereka anut. Pemimpin harus mampu mengelola perubahan,
termasuk di dalamnya mengubah budaya organiasi yang tidak lagi kondusif dan
produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam, pandai mengelola keragaman dan mendorong
terus proses pembelajaran karena
dinamika perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.
C. Menganalisis Budaya
Perusahaan
Peranan Budaya Perusahaan dalam Implelemtasi Strategi
Organisasi perusahaan yang dirancang untuk mengimplementasikan suatu
strategi sesungguhnya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan format struktur
organisasi yang digambarkan dalam sebuah bagan. Diluar bagan tersebut,
sesungguhnya ada hal lain yang sangat perlu
mendapat perhatian manajemen
dalam proses implementasi, yaitu budaya
perusahaan. Budaya perusahaan mirip dengan kepribadian seseorang. Budaya
perusahaan merupakan norma atau nilai yang dianut bersama (shared value) yang menjadi dasar bertindak seorang indvidu dalam
organisasi. Budaya perusahaan inilah yang dapat
menyebabkan mengapa suatu
strategi dapat diimplementasikan pada
suatu perusahaan, sedangkan pada perusahaan
yang lain strategi tersebut gagal
diimplementasikan kendati kedua
perusahaan tersebut menghadapi kondisi
yang relatif sama. Makin banyak anggota
yang menerima nilai-nilai inti yang dianut perusahaan dan merasa sangat terikat
kepadanya, maka akan semakin kuat budaya tersebut.
Karena budaya perusahaan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku seluruh
pegawai, maka budaya perusahaan juga berpengaruh besar dalam mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam mengubah arah strateginya. Perubahan dalam misi,
sasaran, strategi atau kebijakan suatu perusahaan, kemungkinan akan gagal jika
dalam perusahaan tersebut ada pihak yang melakukan oposisi secara kuat terhadap budaya yang dianut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika
implementasi suatu strategi akan mengakibatkan suatu perubahan, dan langkah-langkah untuk melakukan perubahan tersebut dalam praktiknya
tidak sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka ada kemungkinan akan timbul penolakan atau
hambatan-hambatan. Sedangkan jika langkah-langkah yang diambil sesuai dengan
budaya perusahaan tersebut, maka proses implementasi strategi akan lebih mudah dilakukan.
Menilai
Strategis Kesesuaian Strategi-Budaya
Mengingat
budaya perusahaan mempunyai pengaruh besar terhadap suksesnya implementasi
strategi, maka pihak manajemen harus melakukan analisis untuk menilai
kesesuaian antara rumusan strategi dengan budaya perusahaan. Untuk itu pihak
manajemen dapat mempertimbangkan
pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apakah strategi yang dirumuskan sesuai dengan budaya perusahaan saat ini?
Jika
jawabannya adalah “ya”, mulailah dengan segera. Gabungkanlah
perubahan-perubahan organisasional dengan budaya perusahaan dengan
mengidentifikasi bagaimana strategi baru tersebut akan mencapai misi yang telah
ditetapkan dengan lebih baik daripada
strategi yang sebelumnya dijalankan.
b. Jika strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saat
ini, dapatkah budaya tersebut
dimodifikasi dengan mudah sehingga lebih cocok
dengan strategi yang baru?
Jika jawabannya adalah “ya”, jalankan strategi
baru tersebut dengan hati-hati dengan memperkenalkan serangkaian kegiatan
perubahan budaya, misalnya modifikasi kecil terhadap struktur, kegiatan
pelatihan dan pengembangan SDM, mempekerjakan manajer-manajer baru yang lebih
cocok dengan strategi baru.
c. Jika budaya perusahaan tidak dapat berubah
dengan mudah dalam menyesuaikan dengan strategi baru, apakah pihak
perusahaan bersedia dan mampu membuat
perubahan organisasional yang besar dan menerima kemungkinan penundaan dalam
mengimplementasi strategi baru dan menerima kemungkinan meningkatnya biaya?
Jika jawabannya adalah “ya”, pihak manajemen
harus mampu mengubah budaya saat ini dengan menetapkan sebuah unit struktural
baru untuk mengimplementasikan strategi baru.
d. Jika
pihak perusahaan tidak bersedia membuat perubahan organisasional yang besar
yang menuntut dilakukannya perubahan dalam mengelola budaya perusahaan, apakah
seluruh SDM dalam perusahaan tersebut masih mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan strategi tersebut?
Jika jawabannya adalah “ya”, carilah partner
kerja dalam usaha patungan atau mengkontrakkan strategi tersebut untuk
mengimplementasikannya. Jika jawabannya adalah “tidak”, rumuskanlah strategi
lainnya.