Dalam setiap implementasi sebuah kebijakan selalu
dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat menyebabkan berhasil atau tidaknya sebuah
implementasi kebijakan. Dalam buku yang berjudul Policy Implementation and Bureaucracy, Randall B. Ripley dan Grace
A. Franklin menuliskan tentang 2 pendekatan untuk menilai implementasi
kebijakan, yang menyatakan:[1]
“There are two principal of assesing
implementation. One approach focuses on compliance. It asks whether
implementers comply with prescribed procedures, timetables, and restrictions.
The compliance perspective sets up a preexisting model of correct
implementation behavior and measures actual behavior against it. The second
approach toassessing implementation is to ask how implementation proceeding.
What is it achieving? Why? This perspective can be characterized as inductive
or empirical. Less elegantly, the central questions are what’s happening? and
why? ....”(Ripley and Franklin, 1986:11)
Dari uraian tersebut, implementasi sebuah kebijakan
menurut Ripley dan Franklin di lihat dari:
1.1. Compliance (kepatuhan)
Tingkat
keberhasilan implementasi kebijakan dapat di ukur dengan melihat tingkat
kepatuhan (baik tingkat kepatuhan bawahan kepada atasan, atau kepatuhan
implementor terhadap peraturan) dalam mengimplementasikan sebuah program.
Kepatuhan tersebut mengacu pada perilaku implementor itu sendiri sesuai dengan
standar dan prosedur serta aturan yang ditetapkan oleh kebijakan.
Implementasi kebijakan akan berhasil apabila para implementornya
mematuhi aturan- aturan yang diberikan.
Berdasarkan hal
tersebut terdapat 2 indikator dalam pendekatan kepatuhan:
a. Perilaku
Implementor
b. Pemahaman
Implementor terhadap Kebijakan
2. 2. What’s
Happening and Why? (Apa yang Terjadi dan Mengapa?)
Pendekatan ini melihat bagaimana implementasi berlangsung
serta untuk melihat faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi suatu program.
Ripley dan Franklin menjelaskan ada 5 indikator dalam menjelaskan pendekatan
ini. Seperti yang terdapat dalam buku Policy
Implementation and Bureaucracy:[1]
“...the five most important features
discussed in remainder of this chapter: the profusion of actors, the
multiplicity and vagueness of goals, the proliferation and complexity of
government programs, the participation of governmental units at all territorial
levels, and the uncontrollable factors that all affect
implementation....”(Ripley and Franklin, 1986:11)
(“...lima fitur yang paling penting yang
dibahas dalam kelanjutan bab ini yaitu: banyaknya aktor yang terlibat,
kejelasan tujuan, kompleksitas program pemerintah, partisipasi unit
pemerintahan di semua tingkat wilayah, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi”)
Dari uraian tersebut, maka indikator untuk
pendekatan ini yaitu[2]:
a.
The
Profusion of Actors (Banyaknya Aktor yang Terlibat).
Proses implementasi melibatkan banyak aktor. Dengan kata lain, semakin
kompleks suatu program yang dijalankan oleh pemerintah, maka semakin banyak
aktor yang terlibat. Pelaksana kebijakan
harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Kurangnya personil yang terlatih dengan baik akan menghambat pelaksanaan
kebijakan.
Ada
beberapa hal yang menjelaskan lebih lanjut mengenai indikator ini:[3]
a)Number and Identity (Jumlah dan Identitas).
b)The Role of Interest
Group (Peran
dari Pihak yang Berkepentingan).
c)Lock of Hierarchy (Ketiadaan Hirarki).
B.The Multiplicity and Vagueness of Goals (Kejelasan Tujuan).
c)Lock of Hierarchy (Ketiadaan Hirarki).
B.The Multiplicity and Vagueness of Goals (Kejelasan Tujuan).
Kejelasan dan konsistensi tujuan dapat dipahami
sebagai kejelasan isi kebijakan. Semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan,
maka kebijakan tersebut akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah
memahami dan menerjemahkan dalam tindakan nyata, sebaliknya ketidakjelasan isi
kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.
c The Proliferation and Complexity of Government Programs (Perkembangan dan Kerumitan Program).
c The Proliferation and Complexity of Government Programs (Perkembangan dan Kerumitan Program).
Kerumitan program dilihat dari tingkat kerumitan aturan
program yang bersangkutan. Dinamisnya petunjuk pelaksanaan yang dibuat akan
mempengaruhi berhasil atau tidaknya program diimplementasikan.
D.The Participation of Governmental Units at All Territorial Levels (Partisipasi pada Semua Unit Pemerintahan).
D.The Participation of Governmental Units at All Territorial Levels (Partisipasi pada Semua Unit Pemerintahan).
Partisipasi pada semua unit pemerintahan yang dimaksud
adalah partisipasi dari semua aktor yang terlibat dalam implementasi program
tersebut
E. The Uncontrollable Factors That All
Affect Implementation (Faktor-Faktor
yang Tidak Terkendali yang Mempengaruhi Implementasi).
Faktor yang
tidak terkendali ini yaitu apakah ada faktor-faktor di luar teknis (yang telah
melampaui batas kontrol dari implementor) yang secara tidak langsung
berhubungan dengan pengimplementasian program, sehingga dapat menghambat,
bahkan menggagalkan implementasi program yang telah dirancang sebelumnya.
[1] Randall B. Ripley
& Grace A. Franklin, Policy
Implementation and Bureaucracy, The Dorsey Press, Chicago, Illinois, 1986,
hlm. 11.
mas punya soft copy nya atau hard copy nya atau bukunya ?
BalasHapussaya boleh copy mas , butuh banget buat TA saya , matur suwun mas
permisi an, bolekah saya minta bahannya dari ripley dan franklin yang agan referensi. terimakasih
BalasHapusNyari buku ripley dan franklin di mana
BalasHapus