Analisis Kebijakan Versi Weimer-Vining
Kedua
penulis ini memahami analisis kebijakan pertama-tama dari segi produknya, yaitu
bahwa produk dari analisis kebijakan adalah advis. Secara lebih spesifik adalah
advis yang menginformasikan keputusan kebijakan publik. tentu saja tidak semua
advis yang merupakan produk analisis kebijakan. Advis merupakan produk analisis
kebijakan adalah advis yang berkenaan dngan keputusan publik yang didalamnya
memuat nilai-nilai sosial. Namun demikian analisis kebijakan tidak hanya untuk
sektor pemerintahan (publik), namun juga diperlukan untuk sektor bisnis. jadi, pemahaman dasar analisis kebijakan
adalah advis yang beriorentasi pada klien yang
berkenaan dengan keputusan publik dan memuat nilai-nilai sosial. Weimer
dan Vining memahami analisis kebijakan sebagai sebuah kegiatan yang mengandung
tiga nilai, pragmatis (client-oriented),
mengacu pada keputusan (kebijakan) publik, dan tujuannya melebihi kepentingan
atau nilai-nilai klien, melainkan kepentingan atau nilai-nilai sosial.
1.
1 Profesi Analisis Kebijakan.
Analisis
kebijakan adalah sebuah profesi yang memungkinkannya bekerja dengan eksekutif dan legislatif.
Sebagai profesi, isu pertama berkenaan dengan kompetensi. Seorang analisis
kebijakan harus:
a. Mempunyai
kompetensi untuk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan mengomunikasikan
informasi di bawah tekanan waktu (deadline)
yang ketat dan akses informasi yang terbatas. Analisis kebijakan harus mampu
mengembangkan strategi dengan akurat dan cepat dengan memahami hakikat dari masalah
kebijakan dan rentang solusi kebijakan.
b. Analisis
kebijakan harus mampu meletakkan masalah sosial dalam konteks-nya.
c. Analisis
kebijakan memerlukan keterampilan teknis yang memungkinkannya untuk membuat prediksi dengan lebih akurat dan
melakukan evaluasi konsekuensi kebijakan dengan lebih meyakinkan.
d. Analisis
kebijakan harus mempunyai pemahaman yang kuat tentang prilaku politik dan
orgnisasi untuk memprediksi dan, kalau perlu mempengaruhi, adopsi atau
penerimaan kebijakan yang diadviskannya.
e. Analisis
kebijakan harus mempunyai etika dalam bekerja melayani klien.
Etika
adalah isu yang sangat penting bagi analisis kebijakan. Analisis kebijakan
bekerja diantara pertentangan nilai-nilai. Sebagai analisis kebijakan, ia harus
mengetahui bahwa advisnya akan dipertimbangkan oleh klien dalam konteks the game of politics, yang
mempetimbangkan kebaikan bagi masyarakat
atau publik, disatu sisi, dan kepentingan-kepentingan sempit dari
konstituen politiknya, di sisi lain. Weimer dan Vining mengembangkan konsep
untuk memahami etika profesi analisis kebijakan dengan mengedepankan tiga nilai
yang selalu dihadapi: integritas analisis
(analytical integrity), tanggung jawab kepada klien (responsibility to the client), dan loyalitas pada konsep
seseorang tentang ‘the good of society’.
Masalah
apa yang kemudian muncul adalah jika terjadi pertentangan nilai yang sangat
kontras dan tajam dengan klien? Ada tiga kemungkinan, yaitu voice, exit dan disloyalty sebagaimana yang digambarkan sebagai berikut:
1.2
Konsep-Konsep Dasar
Analisis
kebijakan dilakukan karena dua alasan (rationale) pokok setiap analisis kebijakan
publik, yaitu bahwa terjadi (1) kegagalan
pasar (market failure) dan (2) kegagalan
pemerintah (goverment failure). Weimer dan Vining melihat bahwa empat
kegagalan pasar yang banyak diidentifikasi berkenaan dengan barang publik, eksternalitas, monopoli
natural, dan informasi yang asimetrs.
Barang publik (dan barang privat)
dipahami dalam ukuran persaingan konsumsi (rivalrous consumption) dan
kepemilikan ekslusif (excludable ownership). Barang publik tidak memiliki kedua
karakter tersebut. Eksternalitas adalah setiap impak nilai (baik positif maupun
negatif) yang diakibatkan oleh setiap tindakan (baik yang bersifat produksi
maupun konsumsi) yang mempengaruhi seseorang yang tidak terlibat pada
pertukaran yang dilakukan secara sukarela dalam proses tersebut.
1.3
Dasar-Dasar Analisis Kebijakan
Analisis
berasal dai kata yunani yang berarti memecah menjadi bagian-bagian. Kedua
penulis mengemukakan bahwa kerangka konseptual analisis kebijakan terdiri atas
langkah-langkah mendiagnosis masalah, mengidentifikasikan alternatif kebijakan
yang mungkin, menilai efisiensi dari kebijakan-dikaitkan dengan melakukan
perhitungan cost benefit daro
kebijakan. Kedua penulis mengangkat pendekatan model “rasionalis” dalam
analisis kebijakan yang mempunyai bagian-bagian:
a. Mendefenisikan
permasalahan
b. Menetapkan
kriteria evaluasi
c. Mengidentifikasi
alternatif kebijakan
d. Memaparkan
alternatif-alternatif dan memilih salah satu.
e. Memonitor
dan mengevaluasi manfaat kebijakan
Proses
analisis kebijakan sendiri terdiri dari dua tahap utama, yaitu analisis masalah
dan analisis solusi, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Understanding the problem, yaitu
mencakup kegiatan;
1.
Receiving
the problem: assesing symptoms.
2.
Framing
the problem: analysing market and goverment failure.
3.
Modeling
the problem: identifying policy variables.
b. Choosing and explaining relevant
goals and constraints.
c. Selecting a solution method
Langkah-langkah
diatas kemudian dilanjutkan dengan langkah solution
analysis, yang terdiri dari empat langkah, yaitu:
d.
Choosing
evalution criteria.
e.
Specifying
policy alternatifives
f.
Evaluating:
predicting impacts of alternatives and valving them in terms of criteria.
g. Recommending action.
Pada
waktu proses analisis, secara paralel dilakukan pekerjaan pengumpulan informasi
yang disebut kedua penulis sebagai identifying
and organizing relevant data, theories and fact for assessing problem and
predicting consequences of current and alternative policies, pengumpulan
informasi memberikan kontribusi baik pada analisis solusi. Setelah dilakukan
analisis permasalahan maupun analisis solusi. Setelah dilakukan analisis
solusi, dilakukan langkah komunikasi yang disebut conveying useful advice to clients.
Proses
analisis kebijakan dari Weimer dan Vining dapat di gambarkan sebagai berikut:
Dari
langkah-langkah tersebut, yang perlu menjadi perhatian adalah langkah 1.b,
yaitu framing. Weimer dan Vining
menyarankan metode framing yang fokus
pada dua kemungkinkan akar masalah, apakah goverment
failure ataukah market failure,
dalam pola decission tree berikut.
Langkah
krusial yang kedua adalah memilih alternatif. Weimer dan Vining menggunakan
metode pohon keputusan sebagai berikut:
Pada
analoisis solusi, Weimer dan Vining memilih untuk mengunakan simple structure goal/alternatives matrix seperti contoh berikut:
Goal
|
Criteria
|
Policy
Alternatives
|
||
Policy
I
Status
Quo
|
Policy
II
|
Policy
III
|
||
Goal A
|
Criterion A1
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Criterion A2
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
|
Criterion A2
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
|
Goal B
|
Criterion B1
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Criterion B2
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
|
Goal C
|
Criterion C1
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Predicted impact and its
valuation
|
Berkenaan
dengan memilih alternatif kebijakan, Weimer dan Vining memilih untuk
mengedepankan model benefit cost -sebuah model
analisis yang didasarkan pada efisiensi impack dari kebijakan.
Pelaksanaan model benefit-cost mengambil bentuk empat tahapan langkah, yaitu:
Mengidentifikasi
impak yang relevan: setiap impak dimodel benefit-cost mengambil bentuk empat
tahapan langkah, yaitu:
a. Mengidentifikasi
impak yang relevan: setiap impak diberikan klasifikasi benefit dan cost bagi masing-masing.
b. Menghitung
secara moneter (monetized) impak tersebut, perhitungannya antara lain
menggunakan pendekatan oppurtunity cost, willingness to pay dan valuasi output.
c. Melakukan
diskon untuk variabel waktu dan risiko (discounting for time and risk);
dilakukan untuk menghitung masa depan dengan mempertimbangkan faktor waktu dan
risiko.
d. Memilih
alternatif kebijakan; merupakan langkah yang paling penting, karenanya Weimer
dan Vining mengembangkan matriks pilihan kebijakan sebagai berikut.
Weimer
dan Vining mengemukakan bahwa karena efisiensi adalah satu-satunya tujuan yang
relevan, analisis seharusnya memilih kombinasi kebijakan yang memaksimalkan
benefits. Agenda penting selanjutnya adalah bagaimana mengomunikasikan hasil
analisis kepada klien. Seorang analisis kebijakan harus produktif sehingga
sedini mungkin harus mampu mengajukan preliminary draft atas hasil analisisnya,
dengan tujuan mendapatkan segera mungkin komentar atau pandangan kliennya.
Namun demikian, draf awal ini tidak boleh terlalu dini sehingga analisis
akhirnya hanya mengajukan kebingungan
atau tidak punya informasi yang lengkap. Komentar awal dari klien sangat
penting untuk merumuskan hasil akhir.
Penyajian
yang disarankan adalah (1) kelompokkan hasil analisis ke dalam
komponen-komponen dan kemudian (2)
buatlah pemaparan yang jelas dan tidak ambigu.
1.4 Adopsi
dan Implementasi.
Adopsi
adalah ketika advis kebijakan diterima secara legal formal. Untuk mendapatkan adopsi
advis kebijakan, analisis kebijakan perlu melaksanakan beberapa langkah.
Pertama, melakukan asesmen fisibilitas politik dan sekaligus mempengaruhi
fisibilitas politik. Untuk itu, analisis kebijakan perlu melakukan:
a. Identifikasi
aktor politik yang relevan.
b. Memahami
motivasi dan keyakinan aktor-aktor tersebut.
c. Melakukan
asesmen sumber daya aktor politik tersebut.
d. Menutup
arena’ agar advis menjadi feasible secara politik.
Kedua,
analisis kebijakan perlu menguasai beberapa strategi politik agar advisnya
diadopsi, yaitu kooptasi[1],
kompromi[2],
herestetik[3],
dan retorika[4].
Untuk
mendapatkan implementasi yang optimal, analis
kebijakan perlu memerhatikan
beberapa faktor. Pertama, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi. Kedua, mengantisipasi masalah masalah
yang mungkin muncul pada saat implementasi. Salah satu metode yang belakangan
dikembangkan adalah metode scenario-writing, yaitu skenaria yang memetakan
kondisi masa depan sejumlah prilaku yang menentukan impak kebijakan. Weimer dan
Vining menyarankan tiga langkah untuk
merumuskan scenario-writing, yaitu (1) menulis skenario yg mengacu pada policy outcomes (bukan output), (2) memberikan kritis terhadap skenario dari
berbagai perspektif kepentingan dan karakter perilaku, (3) melakukan revisi
skenario sehingga menjadi lebih masuk akal (plausible).
Benar dan baik
Isu
yg di angkat Weimer dan Vining adalah mana yang hendak dipilih; membuat advis yang benar atau yang
baik?
Pertama-tama,analis
kebijakan melakukan analisis dengan benar. Weimer dan Vining mengatakanya
berikut ini:
Sebagai
mana dokter, analisis memberikan advis yg benar. Namun, itu saja tidak cukup.
Advis kebijakan juga harus memberikan kebaikan, tidak saja pada klien,
melainkan kepada masyarakat luas. Seperti dikatakan Weimer dan Vining.
Weimer
dan Vining menekankan efisiensi ekonomi sebagai tujuan penting dalam evaluasi
alternatif kebijakan.namun, lebih dari sekedar efisiensi ekonomis,analisis
kebijakan harus mampu mengontribusikan kebaikan bagi publik yang kurang
mendapatkan perhatian dalam arena politik. Mengedepankan pertimbangan politik
akan menjadikan advis kebijakan di dominasi oleh kepentingan pribadi.
Daftar
pustaka.
Nugroho. Riant. 2007. Analisis kebijakan. Jakarta: gramedia
[1]
Kooptasi berarti membuat klien yakin bahwa ‘advis kebijakan adalah bagian dari
ide klien’. Model ini tidak dapat anda lakukan jika sebagai analisis anda
menghendaki untuk ‘ikut memiliki ide’ tersebut.
[2]
Kompromi adalah melakukan modifikasi
agar ide advis kebijakan dapat diterima secara politik.
[3]
Weimer dan viking mengambil dari konsep William H. Riker yang berarti strategi
untuk memperoleh keuntungan dengan cara memanipulasi lingkungan dari
pilihan-pilihan politik.
[4] Menggunakan bahasa persuasif untuk meyakinkan
klien.
Salam kenal dari Astohar
BalasHapusTErima kasih atas tulisan dan mohon ijin untuk mengutip
semoga bapak atau mas mendapat kemudahan dalam menulis berbagai hal untuk kebaikan
Dari saya
Astohar Demak