Kamis, 03 April 2014

hakikat pendidikan


oleh : heru gernandes 

Apa sebenarnya makna dari sebuah pendidikan itu karna realita yang saya lihat tentang pendidikan di perguruan tinggi ini adalah bahwa saya bisa ibaratkan perguruan tinggi ini adalah sebuah mesin/pabrik yang memproduksi barang/jasa yang kelak akan diperjual belikan di pasar, karna motivasi kebanyakan mahasiswa dalam mengenyam pendidikan adalah untuk pemenuhan kebutuhan kerja dan dibuktikan juga dengan slogan-slogan lembaga pendidikan yang ada disekitar kita misalnya ‘ingin cepat kerja kuliah disini saja’menyiapkan pekerja profesional’ dll. Serta banyak saya lihat bahwa program study yang laku di pasar juga banyak diminati oleh mahasiswa, seperti pendidikan kesehatan seperti dokter, ekonomi, teknik dan hukum. Sedangkan program studi yang tidak laku dipasaran juga minim mahasiswa. Lembaga pendidikan juga telah mempermudah mahasiswa nya dengan adanya kuliah sabtu-minggu untuk mendapatkan sebuah gelar sarjana/master.  Jadi tidak salah jika saya menggatakan bahwa lembaga/institusi pendidikan saat ini hanyalah sebuah mesin yang memproduksi barang/jasa yang akan diperjual belikan di pasar. Lalu kemana hakikat/ makna sebenarnya dari sebuah pendidikan? Ketika institusi pendidikan sama halnya dengan sebuah mesin yang memproduksi tenaga kerja. Ketika itu juga orang-orang lebih mementingkan hasil yang tertulis pada selembar kertas (ijazah) yang akan dijual untuk mencari pekerjaan. Apakah bisa keterampilan, kepandaian, kepintaran seseorang di nilai hanya dengan selembar kertas ijazah?
Pendidikan sebenarnya mengandung makna yang lebih dari sekedar nilai-nilai di dalam kertas, pada hakikatnya pendidikan merupakan sebuah proses individu mengenali realita yang ada disekitarnya. Pendidikan adalah sebuah proses belajar, untuk mengenali, menahami dan mencari solusi dari  masalah yang ada. Dan proses belajar ini akan membuat perubahan individu itu sendiri seperti perubahan sikap, prilaku, cara pikir dan bertindak yang lebih penting adalah perubahan dalam memaknai kehidupan yang ada disekitarnya (nanang martono:halm 129). Jadi seharusnya ijazah/nilai bukanlah menjadi tujuan  sebuah pendidikan, tapi pada prosesnya kalaupun ada legitimasi itu harus dilihat berdasarkan proses perkembangan individu itu sendiri.  

0 komentar:

Posting Komentar